Paling tidak, anda
harus tahu dulu bagaimana sebenarnya perjalanan panjang obat di dalam tubuh
alias “nasib obat di dalam tubuh”, sampai kemudian menimbulkan efek yaitu
mengurangi rasa cemas, menghilangkan rasa sakit, menyembuhkan penyakit dan
membuat rasa nyaman, atau bahkan membuat “fly”. Selain manfaatnya, tentu anda
harus tahu pula akibat buruknya jika mengkonsumsi diluar aturan akibat ketagihan
misalnya. Karena sesuai nama dan kegunaannya, semestinyalah obat hanya dipakai
waktu tubuh memerlukannya saja.
|
Ada 2 istilah yang
akan saya perkenalkan, yaitu: farmakokinetik dan farmakodinamik.
“Farmakokinetik” adalah istilah yang menggambarkan bagaimana tubuh
mengolah obat, kecepatan obat itu
diserap(absorpsi), jumlah obat yang diserap tubuh(bioavailability), jumlah obat
yang beredar dalam darah(distribusi), di metabolisme oleh tubuh, dan akhirnya
dibuang dari tubuh. Farmakokinetik menentukan kecepatan mulai kerja obat, lama
kerja dan intensitas efek obat. Farmakokinetik sangat tergantung pada usia,
seks, genetik, dan kondisi kesehatan seseorang. Kondisi kesehatan
maksudnya adalah, apakah seseorang itu sedang menderita sakit ginjal, sakit
hati(beneran), kegemukan, kondisi dehidrasi, dll.
“Penyerapan(absorbsi)” obat ditentukan oleh antara lain, bentuk
sediaan( tablet, kapsul atau sirup), bahan pencampur obat, cara pemberian
obat(apakah diminum, lewat suntikan, dihirup dll). Absorbsi obat sudah dimulai
sejak di mulut, kemudian lambung, usus halus, dan usus besar. Tapi terjadi
terutama di usus halus karena permukaannya yang luas, dan lapisan dinding
mukosanya lebih permeabel. Jadi selain pemilihan obat oleh dokter harus tepat,
kondisi tubuh juga menentukan. Misalnya jika kita lagi sakit "maag"
atau lagi diare, yang akan mempengaruhi proses absorbsi obat.
“Bioavailability” artinya jumlah dan kecepatan bahan obat
aktif masuk ke dalam pembuluh darah, dan terutama ditentukan oleh dosis dari
obat. Nah, dosis obat hanya bisa ditentukan oleh dokter yang memang belajar
farmakologi. Dokter dan ahli farmasi yang belajar mulai dari obat itu terbuat
dari apa, bagaimana kerja dan efek sampingnya, bagaimana menghitung dosisnya,
berapa lama boleh di konsumsi dst.
Setelah obat masuk
dalam sirkulasi darah, kemudian di “distribusi”kan ke dalam jaringan tubuh. Distribusi obat
ini tergantung pada rata-rata aliran darah pada organ target, massa dari organ
target, dan karakteristik dinding pemisah diantara darah dan jaringan. Di
dalam darah obat berada dalam bentuk bebas atau terikat dengan komponen darah
albumin, gliko-protein dan lipo-protein, sebelum mencapai organ target.
Albumin dan kawan-kawan ini adalah protein dalam tubuh kita, jadi bisa di tebak
kan.....pada pasien-pasien yang kurang gizi berakibat kerja obat tidak efektif
dan perlu penyesuaian dosis.
Tempat utama “metabolisme” obat di hati, dan pada umumnya obat
sudah dalam bentuk tidak aktif jika sampai di hati, hanya beberapa obat tetap
dalam bentuk aktif sampai di hati. Obat-obatan di metabolisme dengan cara
oksidasi, reduksi, hidrolisis, hidrasi, konjugasi, kondensasi atau isomerisasi,
yang tujuannya supaya sisa obat mudah dibuang oleh tubuh lewat urin dan
empedu. Kecepatan metabolisme pada tiap orang berbeda tergantung faktor
genetik, penyakit yang menyertai(terutama penyakit hati dan gagal jantung), dan
adanya interaksi diantara obat-obatan. Dengan bertambahnya umur,
kemampuan metabolisme hati menurun sampai lebih dari 30% karena menurunnya volume
dan aliran darah ke hati. Nahhh betul....juga untuk yang sakit hatinya(bukan
yang karena mangkel deh) menyebabkan metabolisme obat menurun, sehingga sisa
obat tidak efektif dibuang oleh tubuh. Disini dokter harus betul-betul tepat
memberikan, apakah obat bisa diberikan pada pasien-pasien yang berpenyakit
hati, kalau tidak justru akan memperberat kerja hati atau malah sisa obat tidak
bisa dibuang oleh tubuh...dan anda keracunan deh.
Ginjal adalah tempat
utama “ekskresi”/ pembuangan obat. Sedangkan sistem billier
membantu ekskresi untuk obat-obatan yang tidak di-absorbsi kembali dari sistem
pencernaan. Sedangkan kontribusi dari intestin(usus), ludah, keringat,
air susu ibu, dan lewat paru-paru kecil, kecuali untuk obat-obat anestesi yang
dikeluarkan waktu ekshalasi. Metabolisme oleh hati membuat obat lebih
“polar” dan larut air sehingga mudah di ekskresi oleh ginjal. Obat-obatan
dengan berat lebih dari 300 g/mol yang termasuk grup polar dan
“lipophilic” di ekskresikan lewat empedu. Ada beberapa obat yang pantang
diberikan pada pasien-pasien dengan fungsi ginjal yang sudah jelek
kerjanya....kalau anda tidak hati-hati dan salah makan obat bisa "mogok
kerja" deh si ginjal. Saya perlu memberi tahu anda kalau gangguan ginjal
itu sering kali diam-diam tapi menghanyutkan, dan akhirnya muncul dalam kondisi
parah. Coba perhatikan apakah anda punya masalah sakit pinggang, sakit kencing,
"anyang-anyangen" atau keluar batu waktu buang air kecil?. Coba
periksakan supaya anda tidak menyesal di belakang hari.
“Farmakodinamik” menggambarkan bagaimana obat bekerja dan
mempengaruhi tubuh,
melibatkan reseptor, post-reseptor dan interaksi kimia. Farmakokinetik dan
farmakodinamik membantu menjelaskan hubungan antara dosis dan efek dari obat.
Respon farmakologis tergantung pada ikatan obat pada target. Konsentrasi obat
pada reseptor mempengaruhi efek obat.
Farmakodinamik
dipengaruhi oleh perubahan fisiologis tubuh seperti proses penuaan, penyakit
atau adanya obat lain. Penyakit-penyakit yang mempengaruhi farmakodinamik contohnya
adalah mutasi genetik, tirotoksikosis(penyakit gondok), malnutrisi(salah gizi)
dll.
Untuk gampangnya
begini, jika kita sudah merasakan efek-efek obat timbul….misalnya,
wow…migrain-ku lenyap setelah minum analgesik, diare-ku berhenti setelah minum
“obat pengampet”, sesek-ku hilang setelah minum obat asthma, stress-ku hilang
setelah lihat duit…eh minum obat penenang. Nah ini yang disebut dengan istilah
farmakodinamik tadi.
Ini dasarnya dulu ya,
kalau anda sudah mengerti…kita akan belajar lebih dalam lagi.
Pada dasarnya, lewat
artikel mengenai “obat” ini, saya mau menekankan kalau sesungguhnya obat-obatan
itu tidak perlu-perlu amat buat tubuh kita selama kita memang tidak sedang
sakit. Dengan catatan kita harus bisa menjaga kondisi tubuh fit, asupan makanan
terpilih, cukup istirahat dan olah-raga, bisa mengelola stres dengan
menyalurkannya lewat aktifitas positif…..hal-hal ini adalah obat yang
sesungguhnya. Satu lagi, jangan lupa…”hati yang gembira adalah obat”
Mantap gan :D
BalasHapusArtikelnya menarik :)
Tapi bagaimana dengan orang yang selalu bilang "say lebih cocok obat "A" dari pada obat "B" " apa itu sugesti saja?
Nice postingannya :)