Pages

Sabtu, 26 Maret 2011

Waspadai Penyakit Hepatitis


DALAM bahasa medis, hepatitis berarti peradangan hati. Penyebab peradangan ini bisa bermacam-macam, mulai virus, bahan kimia, obat-obatan, hingga alkohol. Beberapa jenis virus hepatitis yang ada, yaitu A, B, C, D, E, dan G.

Untuk mengetahui tentang penyakit yang satu ini, dokter Batalyon Kesehatan 2 Marinir, dr I Made Budi Wirawan memberi pemaparannya.

Di antara semua jenis virus ini, virus hepatitis B dan C merupakan penyebab infeksi hati menahun (kronik) dan dapat berakhir pada sirosis, kanker hati, dan kematian. Tidak seperti hepatitis A dan B, hepatitis C belum ada vaksinnya.

Saat ini diperkirakan ada sekitar 30 juta penderita hepatitis B dan C di Indonesia, dan setengah dari penderita ini berpotensi berkembang menjadi penyakit hati kronik dan perlu transplantasi hati. Selain itu, Indonesia menjadi negara urutan ketiga dengan penderita hepatitis terbanyak setelah China dan India.

Virus hepatitis ini menyerang sel di dalam hati dan menggunakan hati sebagai tempat berkembang biak.Ketika tubuh menyerang virus ini dengan mengirim limfosit (sejenis sel darah putih) ke hati, terjadilah peradangan. Peradangan ini adalah respons yang normal terhadap infeksi.

Namun, bila hal itu terus berlangsung, zat-zat kimia yang dikeluarkan limfosit dapat menyebabkan kerusakan sel hati. Jika sel hati rusak, maka tidak dapat berfungsi dengan baik dan mati.

Beberapa dari sel hati ini dapat tumbuh kembali, tetapi perusakan yang parah dapat berakibat pada terjadinya fibrosis (terbentuknya jaringan parut pada hati). Fibrosis menyebabkan kemunduran semua fungsi hati.

Bila diteruskan, jaringan parut akan mengeras dan menggantikan sebagian besar sel hati yang normal. Kondisi ini disebut sirosis—istilah medis untuk pengerasan hati. Bila seseorang mengalami sirosis, itu berarti bahwa sebagian besar hatinya telah rusak dan tidak bisa berfungsi lagi dengan normal.

Sirosis bisa sangat berbahaya bila tidak ditangani dengan benar dan bisa tidak terdeteksi hingga bertahuntahun lamanya. Sebagian besar orang yang terinfeksi hepatitis tidak menunjukkan gejala sehingga disebut sebagai silent disease.

Padahal, jika tidak ditangani dengan baik, sekitar 15-20 tahun mendatang bisa menyebabkan kelainan hati serius seperti sirosis dan juga kanker hati. Sebagian besar penderita hepatitis baru mengetahui jika dirinya terinfeksi saat melakukan pemeriksaan kesehatan (medical chek up) atau saat mau donor darah. Beberapa tanda-tanda yang bisa terlihat jika seseorang mengalami gangguan hati, yaitu:

- Demam bisa disertai dengan menggigil.

- Air seni berwarna kuning gelap seperti teh. Buang air besar tidak teratur, biasanya tidak setiap hari.

- Mengalami perubahan warna kulit.Kulit dan mata menjadi kekuning-kuningan sehingga sering disebut penyakit kuning.

- Kehilangan nafsu makan yang menyebabkan berat badan menurun.Pasien mungkin menjadi anemia dan sering merasa mual. Perut kembung, penuh gas, dan terjadi gangguan percernaan setelah makan.

- Nyeri perut kanan atas hingga perut terlihat buncit. Ini karena pembengkakan di bawah tulang rusuk kanan bawah yang merupakan keluhan umum dari pasien hati. Hal ini dapat memberikan tekanan berat pada diafragma yang kadang jadi sakit saat bernapas. Infeksi hepatitis B dan C dapat ditularkan melalui darah dan cairan tubuh seperti semen, cairan vagina atau saliva. Penularan ini dapat terjadi melalui:

-Hubungan seksual dengan penderita hepatitis B atau C tanpa pengaman.

- Kontak dengan darah dari penderita hepatitis B atau C, misalnya melalui jarum suntik (pencandu narkoba), alat pencukur, sikat gigi, pakaian yang terkena darah, alat akupunktur, alat manikur, gunting kuku, alat tato atau body piercing (tindik) yang tidak steril, transfusi darah tanpa melalui skrining dengan ketat.

- Dari ibu penderita hepatitis B kepada bayinya saat dalam kandungan atau ketika bayi dilahirkan. Namun, tidak perlu dikhawatirkan, hepatitis B dan C tidak ditularkan melalui bersin, batuk, pelukan, atau pegangan tangan.

Berikut beberapa cara untuk melindungi diri dari infeksi hepatitis B dan C, yaitu:

- Periksa kesterilan jarum yang digunakan untuk tindik telinga maupun bagian tubuh lain, tato, akupunktur, maupun elektrodialisis.

- Hindari berbagi jarum suntik dengan orang lain.

- Hindari penggunaan bersama/ bergantian gunting kuku, pisau cukur, sikat gigi, dan benda-benda lain yang mungkin kontak dengan darah.

- Lakukan pemeriksaan berkala terhadap hepatitis B dan C jika Anda adalah orang-orang yang berisiko tinggi, misalkan tenaga kesehatan atau pernah menerima transplantasi organ, transfusi darah, bertukar jarum suntik, seks tanpa pengaman, dan lain-lain. Adapun apabila hati Anda telah mengalami kerusakan, ada beberapa cara untuk menjaga agar perusakan hati tidak berlanjut. Anda harus segera berkonsultasi dengan dokter atau profesional medis mengenai kondisi Anda sebenarnya. Secara umum, beberapa langkah berikut dapat membantu Anda:

-Hindari alkohol dan segala jenis makanan atau obat yang bersifat toksik terhadap hati. Hati menganggap alkohol sebagai zat beracun, jadi hati menyaring dan membuangnya. Ketika seseorang terinfeksi hepatitis C, alkohol dapat secara signifikan meningkatkan perusakan hati. Hindari konsumsi alkohol bersamaan dengan asetaminofen (obat penghilang rasa sakit yang dijual bebas di pasaran). Ketika Anda mengonsumsinya secara bersamaan, hal itu dapat memperparah perusakan hati.

- Makanlah makanan sehat. Ketika hati Anda mengalami kerusakan, tubuh tidak akan mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan.Anda akan merasa lelah atau lemas. Anda juga akan kehilangan nafsu makan. Oleh sebab itu, sangatlah penting untuk menjaga asupan nutrisi harian yang Anda butuhkan untuk menjaga berat badan dan energi pada level yang seharusnya.

- Minumlah air yang banyak. Air adalah salah satu bagian penting yang berpengaruh di dalam fungsi tubuh. Air membantu menghilangkan racun dan membantu melakukan proses penyerapan terhadap nutrisi penting. Meminum air dalam jumlah yang diperlukan juga dapat membantu menghilangkan efek samping selama pengobatan atau terapi. Namun, perlu juga diperhatikan, apabila Anda sudah mengalami sirosis, pengurangan cairan perlu dilakukan jika tubuh Anda mengandung terlalu banyak cairan.

- Mengurangi garam dalam pola makan Anda.Ketika penyakit hati menjadi semakin parah, ginjal akan bereaksi untuk menyimpan garam dan air. Garam berfungsi seperti spons yang menyerap air. Hal ini menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh. Mengurangi garam dalam pola makan dan membatasi jumlah cairan yang masuk ke dalam tubuh, dapat membantu Anda mengurangi penumpukan kadar cairan dalam tubuh.

- Dapatkan vaksinasi untuk mencegah hepatitis A dan hepatitis B.Ko-infeksi hepatitis C dengan jenis hepatitis yang lain dapat menyebabkan kerusakan hati yang lebih parah lagi. Walaupun belum ada vaksin untuk hepatitis C, vaksinasi untuk mencegah penderita hepatitis C dari infeksi virus hepatitis A dan hepatitis B dapat dilakukan. Berkonsultasilah dengan dokter mengenai tindakan vaksinasi ini. Walaupun hepatitis B dan C dapat menyebabkan timbulnya jaringan parut dan radang pada hati, pengobatan yang tepat dapat membantu mengurangi peradangan yang terjadi.

Sementara, pada kasus yang berat, perlu transplantasi hati—untuk di Indonesia masih menghadapi beberapa kendala. Di Indonesia saat ini metode deteksi dini hepatitis yang cukup murah yang dikenal dengan nama rapid test screening hepatitis yang terbukti sensitif terhadap virus hepatitis C (HCV= hepatitis C virus) dan virus hepatitis B (VHB). Jika ada satu orang yang terdiagnosis positif dengan menggunakan alat ini, maka petugas bisa mencegah terjadinya penularan terhadap orang-orang di sekitarnya dengan memberikan vaksinasi untuk hepatitis.

Dengan adanya deteksi dan pengobatan dini, serta dilakukannya tindakan pencegahan, maka diharapkan angka penderita hepatitis bisa menurun dan mencegah terjadinya sirosis atau kanker hati dan tentu juga dapat mengurangi biaya pengobatan.

(SINDO//nsa)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan.... di isi