Pada dasarnya
kompos dapat meningkatkan kesuburan kimia dan fiisik tanah yang selanjutnya
akan meningkatkan produksi tanaman. Pada tanaman hortikultura (buah‐buahan, tanaman hias, dan sayuran) atau
tanaman yang sifatnya perishable ini hampir tidak mungkin ditanam tanpa kompos.
Demikian juga di bidang perkebunan, penggunaan kompos terbukti dapat
meningkatkan produksi tanaman. Di bidang kehutanan, tanaman akan tumbuh lebih
baik dengan kompos. Sementara itu, pada perikanan, umur pemeliharaan ikan
berkurang dan pada tambak, umur pemeliharaan 7 bulan menjadi 5‐6 bulan.
Kompos membuat
rasa buah‐buahan dan sayuran lebih enak, lebih harum dan lebih masif. Hal inilah yang
mendorong perkembangan tanaman organik, selain lebih sehat dan aman karena
tidak menggunakan pestisida dan pupuk kimia rasanya lebih baik, lebih getas,
dan harum. Penggunaan kompos sebagai pupuk organik saja akan menghasilkan
produktivitas yang terbatas. Penggunaan pupuk buatan saja (urea, SP, MOP, NPK)
juga akan memberikan produktivitas yang terbatas. Namun, jika keduanya
digunakan saling melengkapi, akan terjadi sinergi positif. Produktivitas jauh
lebih tinggi dari pada penggunaan jenis pupuk tersebut secara masing‐masing.
Selain itu, air lindi yang dianggap mencemarkan sumur di lingkungan TPA
dapat dijadikan pupuk cair atau diolah terlebih dahulu sebelum dialirkan ke saluran
umum. Keuntungan lainnya dengan dihilangkannya TPA (tempat pembuangan akhir)
dan diganti dengan TPK (tempat pengolahan kompos) alias pabrik kompos, lahan
untuk sampah ini tidak berpindah‐pindah, cukup satu tempat untuk kegiatan yang berkesinambungan.
Bagaimana Kompos Terjadi?
Sampah organik secara alami akan mengalami peruraian oleh berbagai jenis
mikroba, binatang yang hidup di tanah, enzim dan jamur. Proses peruraian ini
memerlukan kondisi tertentu, yaitu suhu, udara dan kelembaban. Makin cocok kondisinya,
makin cepat pembentukan kompos, dalam 4 – 6 minggu sudah jadi. Apabila sampah
organik ditimbun saja, baru berbulan‐bulan kemudian menjadi kompos.
Dalam proses pengomposan akan timbul panas krn aktivitas mikroba. Ini pertanda
mikroba mengunyah bahan organik dan merubahnya menjadi kompos. Suhu optimal
untk pengomposan dan harus dipertahankan adalah 45‐65C.Jika terlalu panas harus
dibolak‐balik, setidak‐tidaknya setiap 7 hari.
Betul banget tuh
BalasHapusSetujuh dengan artikelnya :)
Nice posting